Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein

Beranda

Sabtu, 21 Desember 2013

Televisi Sebagai Pengganti Peran Orang Tua



Sejak penggunaan satelit Palapa diresmikan oleh presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1976, siaran televisi dapat menjangkau hampir seluruh masyarakat di Indonesia. Bahkan beberapa tahun setelahnya stasiun-stasiun televisi swasta mulai bermunculan dan membuat acara-acara di televisi semakin beraneka ragam. Banyak masyarakat yang tertarik akan kemajuan teknologi informasi yang satu ini. Apalagi sekarang
  televisi bukanlah tergolong barang mewah. Siapapun dapat memilikinya, mulai dari golongan atas, menengah, hingga bawah sekalipun. Setiap rumah dapat dipastikan mempunyai televisi dan tidak sedikit yang lebih dari satu. Di warung tempat makan, di dalam kendaraan (bus, pesawat ataupun mobil), serta tempat-tempat umum lainnya pun sekarang difasilitasi dengan televisi sebagai tambahan pelayanan. 



Memang benar kemajuan teknologi televisi dan program-programnya membawa manfaat besar bagi masyarakat. Manusia dapat mengetahui berita terkini dari berbagai belahan dunia dengan waktu yang singkat hanya dengan menonton televisi. Televisi juga selalu menghadirkan tayangan-tanyangan yang menghibur seperti kuis, film, sinetron, komedi dan lainnya. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, peluang pemanfaatan televisi pun mulai bergeser. Para orang tua yang mulai sibuk sendiri karena bekerja menjadikan televisi sebagai “babysister” bagi anak-anaknya. Di akhir tahun 1990-an misalnya, banyak orang tua yang mengizinkan bayinya menonton televisi (akibat banyaknya produk DVD yang diiklankan dapat membantu perkembangan bahasa dan kognitif bayi) sehingga pekerjaan mereka mengurus anak jadi lebih terasa mudah. Sementara, pada penelitian yang melibatkan 1.300 anak oleh Universitas Michigan dan Montreal menemukan dampak buruk pada anak-anak yang lebih sering nonton TV. Semakin banyak seorang anak kecil menonton televisi, semakin besar kemungkinan prestasinya buruk di sekolah dan kesehatannya terganggu pada usia 10 tahun, kata para peneliti.
Tentu saja semua dampak negatif yang diperoleh bukan sepenuhnya akibat dari menonton televisi. Beberapa program televisi yang berkualitas terbukti dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia prasekolah (misalnya: Sesame Street). Jika anak terlalu lama berada di depan televisi apalagi tanpa pengawasan orang tua, baru lah hal tersebut akan berdampak negatif pada perkembangan si anak.
Usia dini adalah masa kritis untuk perkembangan otak dan pembentukan perilaku. Seorang anak mempunyai kemampuan menangkap informasi yang mereka lihat dengan cepat. Apabila tidak terdapat kontrol dari orang tua pada anak dalam menentukan waktu serta memilih tayangan televisi, maka akan dengan mudah tanyangan- tayangan tersebut mengalihkan peran orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak. Sehingga, watak dan kepribadian anak sebagian besar akan ditentukan oleh televisi.
Apalagi sekarang ini tidak sedikit acara televisi yang menghadirkan acara yang bertemakan kekerasan ataupun hal cengeng yang tidak seharusnya ditonton anak-anak. Tapi, mengapa anak-anak sering menonton acara seperti itu?
Jawabannya adalah karena kurangnya bimbingan dan kurangnya perhatian orang tua pada anak. Menyerahkan peran orang tua kepada televisi bukanlah cara yang tepat untuk mendidik anak. Anak adalah makhluk sosial seperti halnya orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Oleh karena itu, yang dibutuhkan anak bukan hanya materi saja, mereka juga membutuhkan kasih sayang, pemeliharaan, tempat bagi perkembangannya, dan perhatian dari orang terdekat, terutama orang tua.
Sebagai generasi penerus dari kelangsungan hidup keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama, anak perlu dibekali dengan penghidupan dan pendidikan yang layak dan berkualitas. Ada pun enam fungsi orang tua dalam proses membimbing anaknya dalam sebuah hubungan keluarga terdiri dari:


a.         Fungsi sosialisasi anak
Sosialisasi adalah suatu proses yang dialami oleh individu untuk dapat belajar berinteraksi dengan sesamanya, keluarga dan masyarakat, menurut sistem nilai, norma-norma dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Maka, orang tua harus memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, dan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat lebih dulu dalam lingkup keluarga agar nantinya mudah menyesuaikan diri dengan masyarakat.
b.         Fungsi afeksi
Salah satu kebutuhan manusia ialah cinta dan kasih sayang, begitu juga pada anak. Kasih sayang akan menumbuhakan sikap yang halus dan penuh pengertian. Banyak fakta yang menunjukkan bahwa anak yang selalu serius disebabkan karena kurangnya kasih sayang dari orang tua.
c.         Fungsi edukatif
Kehidupan keluarga sehari-hari pada saat-saat tertentu beralih menjadi suatu situasi pendidikan yang dihayati oleh anak-anaknya. Dalam lingkungan keluarga anak dididik dari mulai belajar berjalan, sikapnya, perilaku keagamaannya, dan pengetahuan serta kemampuan lainnya.
d.         Fungsi religius
Agar anak memiliki akhlak dan moral yang baik, orang tua lah yang menjadi jembatan sebagai penyalur awal dalam ilmu keagamaan. Mulai dari sikap maupun pengetahuan yang luas akan membantunya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e.         Fungsi rekreatif
Hal ini ditujukan agar anak dapat merasakan suasana gembira dalam lingkungan. Interaksi langsung antara orang tua dan anak dalam kebersamaan menikmati suasana akan menunjanag suatu hubungan yang erat dan kepercayaan anak meningkat kepada orang tua.
f.          Fungsi protektif
Selain untuk mendapatkan rasa keterjaminan dan keterlindungan hidupnya, anak akan mendapat perlindungan dari segala ancaman yang berbau negatif. Sehingga anak lebih merasa nyaman dan tenang jika ada orang lain yang mampu menjaganya.

Perhatian dan kedekatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Orang tua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak. Kedekatan antara orang tua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas pertemuan antar anggota keluarga perlu ditingkatkan dengan tujuan untuk membangun keutuhan hubungan orangtua dan anak. Hindarkan anak pada televisi sebisa mungkin, masih ada hal-hal menarik di luar sana yang baik bagi masa perkembangan anak karena pada dasarnya televisi hanya dimanfaatkan sebagai media komunikasi, informasi, serta hiburan semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar